Dana Kaget Tiap Hari

🎓 Nadiem Makarim dan Laptop Rp9,9T: Revolusi Digital atau Revolusi Duit?

Daftar Isi


Duduk santai, tarik napas, dan siap-siap denger cerita absurd dari jagat pendidikan kita.

Kali ini bukan tentang drama seleb atau viral TikTok. Ini soal mantan Menteri Pendidikan kita tercinta—si jenius dari Gojek—yang dulu katanya mau mendigitalisasi pendidikan. Tapi ujung-ujungnya, yang terdigitalisasi malah... dana negara. 😬

💻 Awal Mula: Laptop untuk Semua!

Bayangin gini:
"Sekolah digital, semua siswa dan guru dapat laptop!"
Keren kan? Tapi ternyata, program ini kayak mantan yang kelihatan perfect di awal, tapi lama-lama toxic.

📦 Tahun 2021, Nadiem luncurkan program pengadaan laptop Chromebook buat mendukung digitalisasi pendidikan. Anggarannya? Nggak main-main bro, Rp9,9 triliun!

Yang bikin ngakak—eh, nangis—harga satu laptop di proyek itu katanya Rp10 juta per unit. Padahal di pasaran, laptop sejenis bisa didapat cuma Rp4-5 juta.

Satu kata: Markup. Dua kata: Ngakak Nyesek.

🕵️ Masuk Kejaksaan: Akhirnya Disorot

Kejaksaan Agung akhirnya turun tangan. Kayaknya mereka juga kaget:
"Lah, kenapa laptopnya semahal ini, cuy?"
Muncul dugaan:
Harga dimark-up, Barang fiktif, Jumlah unit nggak sesuai.
ICW (Indonesia Corruption Watch) juga ikutan nimbrung:
"Mas Menteri harus diperiksa dong, kan ini zaman dia!"
Yang bikin panas, tiga mantan stafsus Nadiem udah dicekal biar nggak kabur ke luar negeri. Tapi Nadiem-nya? Masih aman santai, belum ada panggilan.

📶 Babak Dua: Kuota Gaib Rp1,5 Triliun

Inget nggak dulu pas PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), kita dikasih kuota gratis?

Nah, ternyata proyek kuota itu juga masuk daftar keraguan. Nilainya? Rp1,5 triliun!

📉 Fakta menyedihkan:
  • 675 juta GB kuota hangus!
  • 31 juta nomor HP gagal diverifikasi.
Aduh, itu kuota bisa buat scroll TikTok 10 abad bro! 😭

📲 Vendor-Vendor Gaib dan Siswa Astral

Bukan cuma laptop dan kuota. Ada juga isu PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang katanya banyak siswanya fiktif.

Sekolah-sekolah di pelosok ngeluh:
"Laptop nyampe, tapi listrik nggak ada, sinyal pun nihil."
Terus, siapa yang make tuh laptop?

Jawaban: Mahluk halus pendidikan.

🧘 Respon Mas Menteri? "Kami Evaluasi"

Dalam berbagai wawancara, Mas Nadiem bilang:
"Kami akan evaluasi, kami sudah bekerja keras, ini bagian dari proses."
Bro... kita ngerti sih, startup culture suka trial & error. Tapi kalau error-nya Rp9,9T + Rp1,5T, itu bukan MVP lagi, itu Most Valuables Pecah-banget.

🧮 Statistik yang Bikin Mules

🧾 ICW nyatain bahwa korupsi di sektor pendidikan tuh bukan sekali dua kali. Tapi ribuan kali, literally.

Dari 2016-2021: 240 kasus korupsi pendidikan.

Total kerugian: Rp1,6 triliun.

Dan yang ini? Rp9,9T + Rp1,5T? Melejit kayak saham gorengan.

🤐 Tapi Nadiem Belum Tersangka

Yup, sampai artikel ini ditulis, Nadiem Makarim belum jadi tersangka. Bahkan Kejagung bilang dia bukan buron.

Netizen auto nyinyir:
"Oh, jadi kalau eks CEO unicorn mah aman ya?"
"Startup mentality ternyata bisa jadi defense dari hukum ya?"
Hmm...

📢 Kesimpulan dari Warkop

Digitalisasi pendidikan itu penting. Tapi bukan berarti:
  • Anggaran boleh dibakar.
  • Laptop dibeli harga dua kali lipat.
  • Kuota disalurkan ke nomor astral.
Kita butuh:
  • Audit yang transparan.
  • Penegakan hukum yang setara.
  • Menteri yang nggak cuma jago narasi, tapi juga eksekusi.
Dan yang paling penting:

Pendidikan jangan cuma jadi startup project, tapi jadi masa depan bangsa.

Gen Z, saatnya melek. Jangan biarkan pendidikan kita jadi ladang cuan elit doang.

Tanya terus: "Siapa yang tanggung jawab?"

Karena kalau kita diem aja, ya siap-siap jadi korban sistem. Lagi.




Posting Komentar